:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2377780/original/023767500_1538998413-20181008-Hilang-Palu-4.jpg)
Manusia dapat berpulang ke akhirat dengan berbagai cara. Namun, menjadi korban tsunami sepertinya bukan menjadi jalan Rahmat.
Pria bernama lengkap Rahmat Saiful Bahri ini menjadi saksi hidup tsunami Aceh dan Palu. Pria asal Aceh ini berada di Palu untuk mengikuti workshop 'Nasional Best Practise Implementasi Penguatan Peran Tokoh Informal dan Lembaga Adat' yang rencananya akan berlangsung selama empat hari, tepatnya sejak 28 September hingga 1 Oktober. Bencana gempa disusul tsunami yang melanda Sulawesi Tengah membuat lokakarya itu gagal dilaksanakan.
Saat gempa terjadi, Rahmat sempat terbanting di kamar mandi. Sebagai orang yang pernah mengalami gempa dan tsunami besar di Aceh, Rahmat segera berlari ke lantai teratas hotel berbintang 4 itu. Aksi Rahmat itu diikuti oleh beberapa karyawan dan penghuni hotel lainnya.
Setibanya di lantai teratas, pria berusia 50 tahun ini mengumandangkan azan dan melafalkan serangkaian zikir dan doa.
"Kalau kita di Aceh kan, biasanya saat terjadi bencana, apapun itu, kita orang Aceh selalu refleks mengumandangkan azan," kisah Rahmat, kepada Liputan6.com, Minggu (7/10/2018).
Di sela azan yang dikumandangkannya itu, berderai pula air mata lelaki setengah abad itu. Dalam hatinya ia berucap, "Ku serahkan seluruhnya kepada-Mu ya Allah". Bayangan anak dan istrinya pun langsung melintas seperti sedang memanggil namanya.
Saat air mulai surut, Rahmat bersama penghuni hotel lainnya menuju kawasan Bukit Silae, Palu, yang berjarak sekitar 1,3 kilometer dari Swiss-Belhotel untuk beristirahat sejenak. Keesokkan harinya, ia kembali ke hotel untuk mengambil barang-barang miliknya yang masih tersisa di hotel dan kembali bermalam di Bukit Silae.
Setelah sehari dua malam berada di Bukit Silae, Rahmat berangkat ke Bandar Udara SIS Al-Jufrie Palu untuk pulang ke Banda Aceh. Setelah melalui masa penantian dan dialog permohonan dengan pihak maskapai, akhirnya Rahmat berangkat ke Makassar pada Selasa (2/10/2018) untuk transit ke Jakarta dan turun di tujuan akhir Banda Aceh.
Rahmat tiba di Banda Aceh pada Rabu (3/10/2018) dan setibanya ia di sana, Rahmat di peusijeuk (semacam selamatan) sesaat di Kantor Wali Kota Banda Aceh. Disitu ia disambut oleh sang Wali Kota Aminullah Usman, yang juga memimpin upacara peusijuek. Rahmat baru dapat pulang ke rumah menjumpai keluarga setelah upacara itu selesai.
(Liputan6.com/Melissa Octavianti)
Jenazah yang merupakan korban gempa tsunami dikubur tiga lapis. Pemakaman massal tersebut memasuki hari ketiga setelah sebelumnya dilakukan di hari Senin.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "3 Kisah Inspiratif di Balik Pilu Gempa dan Tsunami Palu"
Post a Comment