Sementara pengamat teroris Mohamad Jibril mengatakan, kelompok teroris ini memang memanfaatkan momentum untuk beraksi. Namun, dia optimistis, jaringan radikal tersebut tidak akan memanfaatkan Ramadan untuk melakukan teror.
"Kalau teror yang dilakukan ISIS, memang banyak dilakukan jelang atau saat Ramadan. Namun, mereka melakukan itu di negara yang notabene merupakan negara perang. Kalau berkaca pada aksi teror di Indonesia, saya lebih berpikir mereka lebih memanfaatkan momentum peristiwa, yaitu adanya kericuhan di Mako Brimob," ujar pendiri media Arrahmah itu kepada Liputan6.com.
Menurut dia, para teroris ini merupakan kelompok-kelompok kecil yang terinspirasi dari ISIS lokal. Mereka inilah yang bangkit dari tidurnya. Kelompok yang selama ini menganggap aparat negara sebagai taghut.
Dia meminta masyarakat tidak takut pada kelompok ini. Terlebih, tujuan mereka memang untuk menimbulkan teror. Mereka ingin mengintimidasi.
"Jangan kita terlalu merasa takut, kita kan takut dan bergantung pada Allah. Di saat takut berlebihan, itu tidak baik. Manusia pasti mati. Perbanyak doa, minta diberikan kesehatan pada Allah karena itu cara ampuh. Saran saya tetaplah seperti biasa saja, jangan terlalu takut," kata Jibril.
Sebelumnya, serangan bertubi-tubi dilancarkan kepada penegak hukum. Teror demi teror terjadi pascatragedi di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Selasa 8 Mei 2018 malam, kerusuhan pecah di blok-blok yang dikhususkan untuk napi terorisme Rutan Salemba cabang Mako Brimob. Lima polisi dan satu napi meninggal dunia dalam tragedi itu. Satu polisi lainnya ditawan para napi.
Polisi juga telah mengamankan dua orang dan dua ditembak mati di Bekasi. Mereka diduga anggota jaringan Jamaat Ansharut Daulat (JAD). Keempatnya diduga hendak menuju Mako Brimob sebagai reaksi atas terjadinya kericuhan, pada Kamis, 10 Mei dini hari.
Jumat 11 Mei, anggota Brimob Bripka Marhum Prencje tewas ditusuk di halaman kantor Intelmob, Kelapa Dua, Depok.
Dua perempuan, bernama Dita Siska Milenia dan Siska Nur Azizah, diamankan di depan Mako Brimob, lantaran diduga hendak membantu terduga teroris dan melakukan penyerangan, pada Sabtu 12 Mei. Keduanya berangkat dari Bandung pada Jumat (11/5/2018), untuk mencari informasi narapidana di Mako Brimob dan berencana menyusup ke dalam.
Minggu pagi, bom meledak di tiga gereja di Surabaya, Santa Maria, GKI Wonokromo, dan GPPS Sawahan. Sebanyak 18 orang meninggal dalam teror ini. Pengeboman ini melibatkan satu anggota keluarga.
Malamnya, bom meledak di sebuah unit di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Lima orang meninggal karenanya. Kelimanya pun merupakan satu keluarga.
Tak berhenti di situ, Senin 14 Mei, bom meledak di Mapolrestabes Surabaya. Empat pelakunya meninggal.
Teror kembali dilancarkan oleh kelompok yang diduga terafiliasi dengan ISIS. Rabu (16/5/2018), lima orang meneror Mapolda Riau. Salah satu di antaranya menusuk seorang polisi dengan samurai.
Kalo Berita nya Ga lengkap buka link di samping https://www.liputan6.com/news/read/3527733/headline-marhaban-ya-ramadan-momen-bersatu-menebar-damaiBagikan Berita Ini
0 Response to "HEADLINE: Marhaban Ya Ramadan, Momen Bersatu Menebar Damai"
Post a Comment