:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2273221/original/005490800_1531110896-burung_kokokan_desa.jpg)
Liputan6.com, Jakarta - Warga Desa Petulu, Ubud, Bali, kedatangan ribuan tamu rutin setiap tahun pada Oktober hingga empat bulanan ke depan. Bukan tamu dari bangsa manusia, tapi kawanan burung. Ya, burung kokokan atau bangau putih.
Dalam kurun Oktober-Maret, ribuan burung kokokan bermigrasi ke Desa Petulu. Burung-burung bertelur dan berbiak. Warga pun berbagi tempat dengan burung.
Di desa ini, kawanan burung membuat sarang di pohon-pohon. Di saat-saat itu keheningan desa diwarnai dengan suara ciap-ciap anak burung yang baru menetas.
"Cak, cak, cak, cak, suara anak burung, seperti suara orang menari," ujar Kepala Desa Petulu Tjokorda Agung Satriyo Dharmo, saat menerima kunjungan perwakilan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), yang ditulis Kamis (19/7/2018).
Dari bertelur hingga menetas, dia menjelaskan, burung butuh waktu sekitar tiga bulan. Setelah menetas, burung-burung kecil belajar terbang dan mencari makan. Tak jarang, anak-anak burung terjatuh dari pohon. Bukan hanya anak burung yang jatuh dari pohon, sering juga kotoran burung.
Burung juga berkeliaran di atap rumah, halaman, di jalanan, bahkan di Pura tempat warga beribadah. Diakui, hal itu cukup merepotkan, tapi warga justru tak menganggapnya masalah, malah menjadi berkah.
"Sudah maunya Beliau Yang-di atas (Tuhan) kalau kita hidup berdampingan dengan burung-burung," kata Tjokorda Agung.
Sebagai antipasi adanya penyakit yang bisa jadi terbawa dari burung, pihak desa telah berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan setempat. Selebihnya, warga menyambut hangat kedatangan burung-burung.
Istilah Si Kepala Desa, relasi warga dan burung saling menguntungkan. "Burung mendapat tempat bernaung dan membesarkan anak, sedangkan warga mendapat bantuan mengurangi hama di sawah," kata dia.
Soal kapan burung-burung ini mulai mampir di Desa Petulu, Kepala Adat Desa Tjokorda Gede Sukowati, kawanan burung kokokan tidak seketika datang dalam jumlah ribuan seperti saat ini.
Menurut para sesepuh desa, burung mulai datang pada 1965, ditandai dengan kedatangan 12 burung. Warga muali menyambutnya dengan hangat. "Sebelumnya datang di desa lain tapi diusir. Si sini kami sambut bahkan dengan upacara penyambutan khusus di pura desa," kata dia.
Dari 15 burung itu, lambat laun jumlah burung yang ke Petulu terus bertambah. Meningkat jadi puluhan, ratusan, hingga ribuan sampai saat ini.
Kalo Berita nya Ga lengkap buka link di samping https://www.liputan6.com/news/read/3594001/kisah-desa-petulu-di-bali-memanen-berkah-dari-kawanan-bangau-yang-bertamuBagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Desa Petulu di Bali, Memanen Berkah dari Kawanan Bangau yang Bertamu"
Post a Comment