Karena itu, Nasir menilai ada yang salah dalam pengelolaan pendidikan tinggi di Indonesia. Pendidikan tinggi harus berorientasi pada peningkatan kompetensi lulusan, bukan semata akademik.
Saat awal menjadi menteri, Nasir mengatakan hanya ada dua perguruan tinggi Indonesia yang masuk peringkat 500 besar dunia, itu pun mendekati peringkat 500.
"Saat ini, di tahun 2018, sudah ada tiga perguruan tinggi, yaitu Universitas Indonesia di peringkat 292, Institut Teknologi Bandung di peringkat 340 dan Universitas Gadjah Mada di peringkat 391," jelasnya.
Selain itu, pada rentang peringkat 500 hingga 600, sudah ada lima perguruan tinggi dan tujuh perguruan tinggi pada rentang peringkat 600 hingga 700.
"Padahal di China, ada belasan perguruan tinggi yang masuk peringkat 500 besar dunia," ujarnya.
Karena itu, Nasir berharap lulusan Universitas Yudharta mempersiapkan diri dalam persaingan global di era revolusi industri 4.0.
Menurut Nasir, revolusi industri 4.0 telah membawa lompatan teknologi yang lebih pesat daripada sebelumnya.
"Lompatan teknologi itu kita rasakan dalam kehidupan sehari. Dulu kalau mau naik kendaraan umum, kita harus menunggu di pinggir jalan. Saat ini, dengan Gojek, kita bisa mengirim pesan langsung kepada pengemudi dan dijemput di rumah," tutur Nasir.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menristekdikti: Daya Saing Lulusan Pendidikan Tinggi Masih Rendah"
Post a Comment