LOMBOK UTARA, KOMPAS.com - Begitu tiba di pintu gerbang menuju bangsal di Lombok Utara, Kompas.com bertanya kepada sejumlah tukang ojek alamat rumah Lalu Muhammad Zohri, sang juara dunia lari 100 meter U-20 di Finlandia.
Kami langsung akan diantarkan tepat di depan gang rumah Zohri.
Zohri bukan hanya menjadi buah bibir di media dan warga kampungnya, anak kampung Dusun Pangsor, ini juga menjadi sorotan masyarakat Indonesia dan bahkan dunia, karena kecepatan larinya yang memecahkan rekor nasional 10,18 detik (dengan percepatan angin searah pelari 1,2 meter/detik).
“Jalan ini tempatnya jogging ini, lari-lari, kita kan kira dia olahraga biasa-biasa, tahunya dia mengikuti berbagai lomba dan terakhir ini juara dunia. Kita bangga sekali sebagai orang sekampung Badoq alias Zohri,” kata Haji Ahmad Ridho, salah satu tokoh masyarakat Pangsor kepada Kompas.com, Kamis (12/7/2018).
Baca juga: Zohri, Sang Juara Dunia Lari U-20, Hidup Yatim Piatu di Rumah Lapuk dan Tak Bisa Beli Sepatu (1)
Seharian berada di kampung halaman Zohri, tampak beragam aktivitas warga yang sebagian besar nelayan, buruh tani dan berladang. Ada juga buruh serabutan dan bekerja di kawasan wisata tiga Gili, Terawangan, Gili Air dan Gili Meno.
Ridho mengaku kerap dimintai nasihat oleh Zohri karena dirinya dianggap orang tua sendiri. Ia dan warga lainnya mengenal Zohri sebagai remaja pendiam dan lugu.
“Dia pernah bertanya pada saya untuk ikut Olimpiade Seni Siswa Nasional (OS2N), saya mendorongnya untuk ikut. Saya katakan padanya agar dia sungguh-sungguh. Karena sudah tak ada orang tua, anaknya itu nurut. Ternyata hasilnya luar biasa. Sebagai warga kampung ini kita bangga sekali,” kata Ridho.
Ridho selalu berpesan pada Zohri jangan cepat puas dengan kesuksesan awal, harus tetap rendah hati dan tidak sombong atas prestasi yang diraih.
Hidup prihatin
Semua warga termasuk Ridho menilai, hidup Zohri dalam serba kekurangan. Rumahnya pun masuk ketegori tidak layak huni.
“Pernah sih dijanjikan rumahnya akan diperbaiki dari dulu, Pak Kadus cerita sudah masuk daftar renovasi rumah kumuh, tapi tak ada realisasinya sampai sekarang, semua orang kampung sini tahu,” katanya.
Baca juga: JEO-Lalu Muhammad Zohri, Debutan Pelari Pengganti yang Jadi Juara Dunia U-20
Selama sekolah, Zohri kerap tak memakai sepatu dan selalu berjalan kaki, padahal jarak sekolah dari rumahnya sekitar 3 kilometer.
"Kawan-kawannya naik ojek, Zohri jalan kaki, tapi dia selalu sampai sekolah hampir bersamaan, begitu juga pulangnya, dia jalan itu seperti lari," kata sahabatnya sejak kecil, Putri Adelia.
Putri mengisahkan, awalnya Zohri tidak tertarik ikut ikut lomba lari. Namun Risuda, guru olahraga di SMPN 1 Pemenang selalu membujuk Zohri karena diketahui memiliki bakat.
“Saya ditanya Bu Guru waktu itu, diminta bujuk Zohri agar mau mengikuti lomba lari, hingga akhirnya Zohri bersedia dan mengatakan itu ke bapaknya, bapaknya sampai terharu,” kenang Putri.
Dua perlombaan lari di Mataram dia ikuti dan Zohri menyabet juara. Sejak itu, Zohri selalu bersedia mengikuti lomba lari.
Tahun 2016, kejuaraan yang diikutinya membuahkan hasil memuaskan. Kejurnas antar-PPLP dan cabang olahraga atletik 100 meter putra, Zohri meraih juara 3. Untuk cabang 400 meter, dia meraih juara dua.
Tahun 2017, Zohri mengikuti Asian Schools Games Singapura cabang 200 meter dan meraih juara.
Lalu pada Pekan Olah Raga Pelajar Nasional Jawa Tengah tahun 2017, Zohri meraih medali perak dan Kejurnas 2017, dia meraih 7 medali emas.
Pada 2018, Zohri menyabet juara lomba lari, yakni Kejuaraan Atletik Junior Asia 100 Meter di Jepang dan Kejuaraan Dunia Junior U-20 100 meter di Finlandia yang paling menghebohkan.
Ke sekolah jalan kaki
Putri mengatakan, Zohri adalah anak pemalu dan kerap menolak pemberian siapapun.
“Termasuk (pemberian dari) ibu saya, dia tidak pernah mau dikasihani," katanya.
“Dia selalu bilang ada uang, tapi nyatanya selama tiga tahun saya satu sekolah di SMP dia tidak pernah belanja, karena memang tidak ada uang. Ke sekolah telanjang kaki, pulang dan berangkat sekolah jalan kaki, kita naik ojek, tapi dia pasti cepat, heran kita semua,” kata Putri.
Putri dan kawan-kawan sekampung serta satu sekolah Zohri merasa bangga atas prestasi temannya itu.
Baca juga: Zohri Berpesan agar Rumah Sederhana Milik Keluarganya Tidak Diubah
Makrif, kakak laki-laki Zohri memandang, perjuangan adiknya membuahkan hasil yang baik. Mata Makrif berkaca-kaca ketika mengeluarkan belasan medali yang diraih adiknya.
“Yang juara di Jepang belum dikirim. Medali ini kami simpan di rumah saya dan Fazilla. Kami patungan bangun rumah kecil dengan dua kamar, karena kami sudah tak cukup di rumah peninggalan orang tua yang rapuh dan kecil,” katanya.
Makrif juga mengatakan bahwa adiknya sangat pendiam dan tak banyak bercerita soal kegiatan atletik.
"Kalau kegiatannya jarang dia bicarakan. Diam saja dia orangnya. Cuma waktu di Finlandia dia menelepon minta didoakan agar menjadi juara dunia. Benar saja dia juara dunia, bangga kami,” kata Makrif sambil menahan air mata.
Simak dialognya bersama pelatih lari Zohri, Eni Nuraini dalam Kompas Petang berikut ini.
Kalo berita nya ga lengkap buka link di samping https://regional.kompas.com/read/2018/07/13/21214791/zohri-sang-juara-dunia-lari-u-20-pergi-ke-sekolah-telanjang-kaki-karena-tak?page=all
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Zohri, Sang Juara Dunia Lari U-20, Pergi ke Sekolah Telanjang Kaki karena Tak Punya Uang (2)"
Post a Comment