KOMPAS.com - Hari ini 2 Oktober diperingati sebagai "Hari Batik Nasional". Pemerintah memperingatinya setelah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009.
Batik merupakan warisan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki "nilai estetika" yang tinggi. Kerajinan membatik menjadi bagian dari budaya Nusantara, yang juga dilakukan sebagai mata pencaharian.
Sampai saat ini, sanggar atau tempat pembuatan batik masih banyak ditemukan. Mereka membuat batik dengan motif dan bahkan cara yang sesuai dengan perkembangan ataupun permintaan pasar.
Dari batik tulis yang menggunakan canting dalam pelukisan, kini muncul teknik cap dalam melukiskan corak ke media kain. Selain sebagai pembaharuan, teknik cap dinilai lebih mempersingkat waktu.
Selain itu, ada batik lukis yang memberikan hasil lebih halus dan artistik.
Baca juga: Batik Dara Baro Buka Peluang Pasar hingga ke Athena...
Pengenalan batik ke dunia
Kata "batik" merupakan perpaduan antara kata "amba" dan "titik", yang merujuk cara menggambarkan titik menjadi motif tertentu.
Pada awalnya, kain batik merupakan lambang "kegagahan" seorang raja. Kain batik digunakan dan diperuntukan untuk raja dan golongan keluarga keraton. Seiring berjalannya waktu, masyarakat lain bisa menggunakan dan memakai batik sampai sekarang.
Pengenalan batik ke dunia internasional sudah dilakukan sejak dulu. Harian Kompas edisi 9 Agustus 1972 menjelaskan, Indonesia mengadakan Pekan Promosi Batik. Tujuannya adalah mengenalkan eksistensi batik agar lebih dipahami dunia.
Pada promosi pekan batik itu, Ibu Tien Soeharto meresmikan Promosi Batik di Sarinah dan meresmikan Batik Keris Trade Center di lantai IV Sarinah.
Selain itu, juga diadakan pawai keliling untuk memeriahkan Pekan Promosi Batik yang diadakan setahun sekali tiap bulan Agustus. Pawai ini diikuti oleh beberapa peserta kontes internasional.
Baca juga: Membedakan Batik Tulis dan Cetak Lewat Bau Kain hingga Corak
Melalui langkah-langkah itu, sarana untuk memperkenalkan batik menjadi lebih luas. Apalagi, ketika itu Soeharto menekankan penggunaan batik untuk beberapa instansi agar tak hanya kepopuleran musiman, melainkan ditingkatkan dan dipertahankan.
Soeharto juga memberikan beberapa cendera mata berupa batik kepada petinggi negara sahabat yang datang ke Indonesia. Dia juga sering memakai batik dalam beberapa konferensi dunia.
Setelah Orde Baru, pemerintah masih menggunakan batik sebagai ikon tersendiri. Adanya acara fashion-fashion bergengsi yang menampilkan batik yang diperagakan model juga memperluas eksistensi ragam hias batik.
Pengakuan batik sebagai warisan dunia ini berlaku sejak Badan PBB untuk Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan atau UNESCO, menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009.
Dilansir dari situs UNESCO, teknik, simbolisme, dan budaya terkait batik dianggap melekat dengan kebudayaan Indonesia. Bahkan, UNESCO menilai masyarakat Indonesia memaknai batik dari prosesi kelahiran sampai kematian.
Batik juga menjadi refleksi akan keberagaman budaya di Indonesia, yang terlihat dari sejumlah motifnya.
Semenjak saat itu, eksistensi dan asal dari batik mulai dikenal oleh dunia. Mereka mengetahui asal-muasal dari batik yang berasal dari Indonesia. Pemakaian batik juga ditekankan pemerintah untuk instansi tertentu, untuk lebih mengenalkan batik sebagai warisan nenek moyang.
Penggunaan batik tidak lagi identik dengan acara-acara tradisional atau kegiataan kebudayaan. Motif batik juga sudah digunakan sebagai salah satu gaya fashion, baik untuk acara formal atau informal.
....
Kalo berita nya ga lengkap buka link di samping https://nasional.kompas.com/read/2018/10/02/13301351/batik-dari-canting-menuju-warisan-duniaBagikan Berita Ini
0 Response to "Batik, dari Canting Menuju Warisan Dunia..."
Post a Comment