Sementara 7 saudaranya yang lain, tidak ada 1 pun yang berhasil ditemukan. "Mungkin sudah meninggal tertimbun dan tidak bisa ditolong, diikhlaskan saja," katanya lirih.
Dia mengaku rumahnya yang berada di Perumnas Balaroa tertimbun bersama ratusan rumah lainnya, saat tanah ambles akibat gempa magnitudo 7,4 mengguncang Palu dan sekitarnya, Jumat 28 September lalu.
Dia menyaksikan sendiri bagaimana rumahnya ditelan bumi dalam waktu sekejap.
"Kami tidak punya apa-apa lagi, semua tertimbun disana. Selimut pun kami dikasi sama pengungsi lain," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, perumahan di Balaroa ambles akibat proses liquifaksi yang dipicu gempa. Diperkirakan sekitar 1.747 rumah tertimbun akibat peristiwa itu.
"Mekanismenya adalah saat gempa terjadi penurunan dan kenaikan. Saat turun tanah ambles 5 meter. Ada juga jalan yang naik setinggi rumah," papar Sutopo, Senin (1/1/10/2018).
Diperkirakan, jumlah korban yang tertimbun di dalam Perumnas Balaroa ini, lebih dari 500 orang.
Kondisi Balaroa saat ini, kata Zainal, tanahnya bergelombang dengan gundukan-gundukan setinggi 7 sampai 11 meter. Di gundukan-gundukan itulah terkubur ratusan rumah warga, termasuk rumah Zainal.
* Liputan6.com yang menjadi bagian KapanLagi Youniverse (KLY) mengajak Anda untuk peduli korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Yuk bantu Sulawesi Tengah bangkit melalui donasi di bawah ini.
Semoga dukungan Anda dapat meringankan beban saudara-saudara kita akibat gempa dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah dan menjadi berkah di kemudian hari kelak.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kala Jeritan Minta Tolong Terdengar di Reruntuhan Balaroa Usai Gempa Palu"
Post a Comment